Kamis, 12 November 2009

Ketika Harapan Memudar

"...Dia memang bukan pacar ku, apalagi istriku. Bukan kawan. Dia bukan siapa. Tapi kami tau kalau kami saling memiliki satu sama lain..."


Aaahhh...
Cerah benar pagi ini. Pemandangan kontras sekali dibandingkan tadi malam. Pagi ini matahari mulai mengintip di ufuk timur. Dia siap untuk menghempaskan panasnya siang nanti. Di saat seperti ini nikmat sekali bila dilalui sambil menghirup segelas kopi panas. Terlebih lagi jika ada "dia" di sini saat ini.

Baiklah kawan, setidaknya ku ceritakan sedikit tentang "dia". Perempuan yang ku kenal beberapa bulan lalu. Perempuan yg sanggup menempatkan dirinya di hatiku, sehingga seluruh lerung dipenuhi olehnya. Sampai2 aku sendiri kebingungan mencari tempat untukku sendiri di hatiku.

Ya perempuan itulah yg selama beberapa bulan ini mengisi kehidupan asmaraku. Dia memang bukan pacar ku, apalagi istriku. Bukan kawan. Dia bukan siapa. Tapi kami tau kalau kami saling memiliki satu sama lain. Aneh? Ya mungkin buat sebagian orang ini aneh. Tapi buat binatang seperti ku tidak. Bukankah seekor binatang selalu menjalin indahnya cinta tanpa ada yg mewadahi? Tidak perlu itu yang namanya wadah perkawinan atau apa pun itu yang kalian sebut kawan. Toh, perkawinan tidak menjamin kebersamaan cinta seumur hidup. Setuju?

Tapi itulah kawan. Meskipun begitu binatang juga tak setia. Dia berganti pasangan sesukanya. Tapi tidak, aku tidak menyebut perempuan itu bertingkah seperti binatang yang aku sebutkan. Tidak sama sekali. Hanya saja perempuan itu telah menemukan laki2 yang tepat untuknya, mungkin. Saat cinta telah terpisahkan oleh jarak. Apalagi yang bisa ku perbuat. Ya, jarak memang suatu halangan yang teramat sangat sulit dikalahkan. Persetan para pujangga itu mengeluarkan berbagai "fatwa" manis nya. Toh, pada kenyataannya jarak tetap menjadi penghalang dua hati untuk bersatu. Banyak kasus kawan. Aku salah satunya.

Dan di saat seperti ini. Aku yang nyaris kehilangan segalanya, benar2 merindukannya. Merindukan hadirnya sosok perempuan itu. Tapi aku tau aku tak bisa berbuat apa2. Yang bisa aku lakukan hanya mengikhlaskan, serta menaruh harapan yang sangat untuk kebahagiannya.

And how I miss someone to hold, when hope begins to fade...
Dan Bagaimana aku merindukan perempuan, bersama harapan yang mulai memudar...



AKU INGIN

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

"Sapardi Djoko Damono"



Tidak ada komentar:

Posting Komentar