Senin, 09 November 2009

Sepatu Putih

Aku ingat beberapa waktu lalu naluri kebinatanganku mengantarkan aku menulis sebuah cerpen. Bukan cerpen yang bagus tentunya, karena aku hanyalah penulis amatiran....


02 Juli Tahun 25 setelah ke"ada"an, negeri atas awan

Tersebutlah sekumpulan anak muda yg pragmatis namun terkikis nasib. Seorang asing dr seberang datang menghampiri mereka. Bermaksud untuk meminta bantuan menterjemahkan manuskrip yg tak dimengerti bahasanya. Terkisahlah bagian dr pemuda itu yg bernama Ibal yg mengerti kiranya bahasa asing.

Dialog antara Ibal dan orang asing:

Orang asing: Bisa tolong saya menterjemahkan manuskrip ini!!

Ibal: Kenalan dl biar enak!!

*perkenalan*

Orang asing: Ini manuskripnya, bisa tlg terjemahkan kan??

Ibal: Coba lihat..

*ibal membaca manuskrip*

Ibal: Ok tp agak lama, 3 hari gpp??

Orang asing: hhhmmmm...seminggu jg gpp. Namanya juga minta tolong.

Ibal: Ngga kok becanda. Tunggu 15 menit y.


15 menit kemudian....

Ibal: Ini manuskripnya uda jadi.

Orang asing: Makasi y mas. Saya bayar berapa niy??

Ibal: Uda gpp kok cm segitu doank.

Orang asing: Yah, jgn begitu. Saya tidak ber-enak hati. Kalo begitu saya berikan sepatu putih ini saja. Semoga iya berguna adanya.

Ibal: Baiklah. Terimakasih kalau begitu.


Waktu berlalu setelahnya dengan si Ibal tetap menjalani hidup statisnya bersama gerombolannya. Sepatu putih pemberian orang asing teronggok di sana tak tersentuh dan berdebu. Sampai suatu ketika dingin merajam seluruh tubuh rapuh. Si Ibal terkapar tak berdaya melawan nasib. Teringatlah ia akan adanya sepatu putih pemberian orang asing. Dikenakanlah sepatu tersebut dengan secuil harapan dapat memukul dingin. Namun tak dinyana sepatu putih sederhana itu memberikan kehangatan yg tak disangka. Ia nya mampu melindungi Si Ibal dan mengusir rasa dingin. Semenjak itulah nuraninya meneriakkan kalimat "Aku akan menjaga sepatu putih ini seperti halnya yang terpenting dalam hidupku!!"

Daripada waktu itu Si Ibal khusyuk dengan sepatu putihnya. Dicuci, disemir, dipoles, tak pernah dibiarkannya sepatu itu tersia2 lagi. Sampai kepada sahabatnya jengah melihat polahnya yg semakin aneh kian hari.

Sahabat A: Ya udah Bal. Bentar lg juga kotor lagi.

Ibal: Nanti kl kotor ku semir lagi.

Sahabat B: Kaya g ada sepatu laen aja Bal!!

Ibal: Ada brad. Tapi aku lebih cinta sepatu ini!!

Sahabat C: Nanti ku belikan satu yg lebih indah dari ini!!

Ibal: Aku bersyukur memiliki yang ini saja!! Terimakasih!!

Sahabat A, B, C: Kau ini kenapa teman?? Apa lebihnya sepatu itu??

Ibal: Kalian tak pernah tau bagaimana sepatu ini memberikan kehangatan di saat aku kedinginan!!!

*ibal berlalu pergi*


Hari bergantin minggu, berganti bulan, waktu pun terus berlalu.

Tersebutlah bencana yg tak kuasa di tolak manusia menimpa kampung orang asing pemberi sepatu. Si Ibal dan gerombolannya pun berinisiatif memberikan bantuan yang mereka bisa untuk membantu meringankan beban orang-orang kampung itu.

Di malam hari senyap, di peraduan hangat, ketika lelah menyerang karena sibuk seharian, ia memimpikan si orang asing kedinginan di tengah malam, melihat si orang asing terdiam tak mapu berkata akibat dingin yg tak hanya menyerang badan, tp jg mengikat tenggorokan. Pada malam itu pula Si Sepatu Putih mendatanginya di dalam mimpi.

Sepatu Putih: Aku harus kembali ke kampung Tuan Lama ku!!

Si Ibal: Jangan!! Aku tidak mau kau pergi dariku!!

Sepatu Putih: Tapi..!!

Si Ibal: Tidak ada tapi!! Sabda ku perintah!!

Keesokan paginya ia terbangun dan melihat Sepatu Putih masih rapi di tempatnya. Kemudian mulailah lagi dia dengan aktifitasnya mengumpulkan bantuan untuk kampung yang tertimpa bencana. Ketika itulah Jendral Lapangan memberitahukan bahwa mereka membutuhkan tenda dan selimut untuk dikirimkan ke kampung tersebut, karena warga di kampung itu banyak yang kehilangan tempat tinggal dan kedinginan. Dia pun terhenyak, teringat Sepatu Putih yg mampu memberikan kehangatan, teringat mimpinya td malam. Nuraninya menjerit. "Betapa egois nya aku. Ini kah arti mimpi ku td mlm?? Ya Tuhan!! Aku hanya hamba yang hina. Yang menghisap darah saudara sendiri untuk bertahan hdup. Ampuni aku ya Tuhan.!!"

Langit berputar, bumi bergetar, kaki kehilangan daya tumpu, gelap pun datang menyergap.

*Bangsal Rumah Sakit*

Si Ibal: Berapa lama aku tak sadar??

Sahabat: Ah, sudah sadar kau rupanya. Kau pingsan 3 hari bal!!

Si Ibal: Bagaimana kegiatan kita, sudah salurkan bantuan ke tujuan??

Sahabat: Kita sudah mengirimkan bantuan kesana bal! Sudahlah kau istirahat saja! Kau sudah cukup banyak membantu! Perhatikan kesehatanmu!

(Nurani Si Ibal): Ah, kau tak mengerti teman bagaimana aku telah sangat bersalah! Apa yg aku lakukan tidak lah cukup menhapus lumpur yang ku torehkan di muka ku!

Si Ibal: Dimana sepatu putih ku??

Sahabat: Ada di rumahmu. Kenapa??

Si Ibal: Tolong sekarang kau ke rumah ku. Kirimkan sepatu itu ke daerah bencana. Berikan pada yg membutuhkan!!

Sahabat: Kau yakin Bal?? Aku tahu benar betapa berartinya sepatu itu bagimu!!

Si Ibal: (mengangguk)

Sahabat: Baiklah besok akan ku kirimkan sepatu itu. Sekarang aku harus di sini kalau2 kau butuh bantuan.

Si Ibal: Kirimkanlah sekarang, aku tidak apa!

Sahabat: Baiklah kalau begitu. Kalau2 kau butuh telpon saja aku. HP mu ada di laci nomor 3.

Sahabat pun meninggalkan Si Ibal yg terpekur. Ia tahu hidupnya tak lama lagi. Tubuh rapuhnya tak mampu membohongi dirinya. Kanker otak stadium akhir telah menggerogoti kesehatannya. Merampas kegagahannya, memaksa tubuhnya mengkhianati akal dan pikirannya. Ia tahu semua itu, walau dokter mengatakan ia akan baik2 saja. Tapi dia bersyukur. Bersyukur di penghujung perjalanannya ia mampu mengikhlaskan Sepatu Putih untuk membagi kehangatan kepada orang yang membutuhkan.

"Terima kasih Tuhan atas anugerah "perjalanan" yang kau berikan. Pintaku, tolong jaga Si Sepatu Putih tetap putih kiranya. Jangan biarkan ia terlihat kusam dan berdebu. Itu saja!!"

"Selamat jalan Sepatu Putih, tetaplah menjadi Sepatu Putih yg membagikan kehangatan ke setiap orang!! Terima kasih untuk kebersamaan kita, untuk kehangatan mu!!"

Segores senyum tersungging.

La Ilahaillallah.......


Begitulah, bukan sebuah cerita yang menarik. Tapi di dalam cerita itu terdapat nilai2 kebinatangan yang mungkin bisa kawan2 ambil...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar